Senin, 10 Oktober 2016

10.10.16
Suara Pati News. Pati - Ki Ageng Kingiran yang baru saja pulang dari nyisik ikan di kali terkejut. Ia mendengar suara suara tangisan bayi Ki Ageng Kingiran sempat akan lari karena ketakutan. Tapi begitu melihat itu adalah suara bayi yang benar-benar memelas. Ki Ageng kebingungan akan diambil atau tidak.

Tiba-tiba muncul Sunan Kalijogo agar Ki Ageng mengambil dan memelihara bayi itu. Kata Sunan Kalijogo, bayi itu kelak akan jadi orang penting dan punya ilmu linuwih. Ki Ageng Kingiran lalu membawa pulang bayi itu terlihat sangat kelaparan. Warga desa heboh! Ki Ageng Kingiran menemukan bayi di tepi sungai, istri Ki Ageng Kingiran, Nyi Ageng Kingiran nampak senang karena selama ini ia mendambakan punya anak laki-laki. Selama ini Ki Ageng Kingiran hanya mempunyai satu anak bernama Sumiyem, oleh Ki Ageng Kingiran, anak itu lalu diberi nama Saridin.



DESA MIYONO, 20 TAHUN KEMUDIAN….
Saridin nampak sedang mempertontonkan kelebihannya di hadapan banyak warga desa. Gayanya sombong dan ia berkoar-koar ia anak yang sakti. Ternyata dari awal ia punya ilmu laduni, semua menatap Saridin antara takjub dan benci. Tiba-tiba kakak Saridin, Suminten datang memberi tahu kalau ayah mereka Ki Ageng Kingiran dalam keadaan kritis. Saridin awalnya tidak percaya, tapi ia lalu pulang, nampak Ki Ageng Kingiran sudah dalam keadaan berat ia berpesan pada Saridin, Sumiyem dan Branjung, suami Sumiyem bahwa usia Ki Ageng Kingiran sudah tidak lama lagi. Ia tidak punya apa-apa kecuali sebuah pohon durian yang sangat lebat dan tak pernah berhenti keluar buahnya pada Saridin dan Brajang. Cara membaginya, kalau malam buah durian yang jatuh adalah rejeki Saridin, sedang kalau siang adalah rejeki Sumiyem dan suaminya, Branjung. Tak lama kemudian Ki Ageng Kingiran meninggal. 

Namun beberapa saat kemudian Branjung melihat durian yang jatuh lebih banyak di malam hari daripada di siang hari. Saridin nampak sombong karena durian banyak jatuh di malam hari. Branjung yang selama ini mulai merasa iri. Apalagi durian milik Saridin kini sampai menggunung dan Saridin tidak mau membagi sedikitpun pada kakaknya. Saridin menjual durian itu hingga uangnya lebih banyak dari Branjung, Sumiyem menasehati suaminya agar sabar karena itulah makna rizki. Diam-diam Branjung mencari ilmu Malih Rupo pada gurunya, Ki Pendeng. Ki Pendeng memberi ilmu sehingga Branjung bisa berubah menjadi harimau di malam hari dengan ilmu itu, Branjung bisa membuat Saridin takut dan tidak akan menunggui pohon duriannya di malam hari sehingga Branjung bisa bebas mengambil durian yang jatuh.



Malam harinya, saat Saridin akan mengambil durian-duriannya yang berjatuhan, muncul Branjung yang sudah berubah menjadi harimau loreng. Melihat ada harimau, Saridin langsung mengambil tombak dan menantang duel harimau itu. Saridin dan harimau nampak bertarung hingga akhirnya harimau kalah dan mati. Warga berdatangan. Tiba-tiba saat itu pula jasad harimau berubah menjadi tubuh Branjung, desa gempar. Sumiyem menangis histeris Saridin kebingungan, tak menyangka harimau itu adalah Branjung, kakak iparnya. Warga menangkap Saridin dituduh melakukan pembunuhan alias Rajapati. Oleh petinggi Kemiri ia dilaporkan pada Adipati Mangun Oneng. Saridin didakwa telah melakukan pembunuhan. Saridin mengelak tuduhan ia masih ngotot tidak membunuh harimau. Ternyata hukuman yang diterima Saridin adalah hukuman mati!!! Saridin nampak kaget karena masih yakin tidak bersalah, diam-diam ia berusaha melarikan diri dari Pati. Ia lalu memutuskan akan ketempat orang digdaya yakni Sunan Kudus, Saridin akan berguru pada Sunan Kudus.
Sesampai di padepokan Sunan Kudus, Sunan Kudus menerima Saridin dengan sangat hangat. Ia lalu menyuruh Saridin bergabung dengan santri-santri lain. Sunan Kudus dari awal sudah merasa Saridin berbeda dengan santri yang lain. Dia kelihatan pintar tapi sombong dan badung ucapan Saridin selalu menunjukkan ia adalah anak paling sakti dari desa Miyono. Beberapa saat kemudian Sunan Kudus mengetes Saridin. Suatu ketika Sunan Kudus bertanya di mana adanya ikan. Dengan cepat Saridin menjawab semua air ada ikannya. Jelas saja semua kaget mendengar jawaban Saridin saat itu ada tempat minum Sunan Kudus dan beberapa wadah tak jauh dari Saridin. Benar ternyata di dalam tempat minum sunan dan wadah lainnya penuh berisi ikan. Sunan Kudus kembali mengetes Saridin apa di dalam air kelapa ada ikannya? Saridin berkata pasti ada, Sunan menyuruh salah satu santri mengambil satu butir kelapa. Saridin membukanya. Ajaib! Ada ikan di dalamnya! Saridin nampak sombong dan ia paling hebat di antara yang lain. Sunan kembali ingin mengetes kehebatan Saridin, Sunan Kudus bertanya apa arti syahadat, Saridin justru memanjat pohon kelapa tinggi kemudian menjatuhkan tubuhnya ke tanah berulangkali, semua heran apa maksudnya "Saridin berkata dengan tenang kalimat Syahadat adalah buah tekad yang jatuh, sampai matipun kita akan bertekad membawa kalimah syahadat. Sunan Kudus geleng-geleng kepala melihat sikap Saridin tapi Sunan berkata ia memang harus meluruskan Saridin.

Saridin terus mendalami ilmu agama Islam bersama Sunan Kudus ia seperti memiliki ilmu laduni, begitu cepat menyerap semua ilmu. Kesaktian Saridin juga makin kuat. Saat melihat ada satu santri wanita yang cantik bernama Rukmini, Saridin terpikat. Diam-diam Saridin menggoda Rukmini ia menghilang. Saat Rukmini akan mengambil air, rukmini kaget karena dengan ilmunya Saridin bisa ikut masuk ke jamban untuk memberikan bunga pada Rukmini sebagai tanda cinta. Rukmini menjerit kaget karena di kamar mandi wanita ada laki-laki masuk, suasana padepokan gaduh. Santri pria mengeroyok Saridin Sunan Kudus marah, Saridin melarikan diri karena terus dikejar oleh para santri. 



Hingga akhirnya Saridin bertemu dengan Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga menyuruh Saridin bertaubat walau dia sangat hebat. Karena Saridin sangat sombong, Saridin berkata ia memang hebat, apa salahnya? Sunan Kalijaga minta pada Saridin menunjukkan kehebatannya. Saridin berkata salah satu ilmu yang dikuasainya adalah ilmu menghilang. Sunan Kalijaga berkata lakukan" dengan sombong Saridin ngilang namun dalam kenyataannya Saridin tidak benar-benar ngilang tetapi oleh Sunan Kalijaga" ternyata Saridin masih terlihat. Saat Saridin berusaha akan menggoda wanita di pasar, semua melihat dan Saridin dihakimi, saat itu muncul Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga berkata Saridin adalah muridnya. Melihat Sunan Kalijaga semua minta maaf. Saridin sudah babak belur. Sunan Kalijaga berkata kepada Saridin mulai sekarang engkau harus bertaubat. 
Sang guru menyatakan Saridin terlalu jumawa dan pamer kelebihan. Untuk menebus kesalahan dan membersihkan diri dari sifat itu, dia harus bertapa mengambang atau mengapung di Laut Jawa!! Saridin kaget, dia tak bisa berenang dan Sunan Kalijagapun berlaku bijak dan memberikan dua buah kelapa diikat sebagai alat bantu untuk menopang tubuh Saridin agar tak tenggelam. Gusti Allah Maha memberikan keselamatan, tapi percayalah aku akan selalu jangkung keselamatan jiwamu, berangkatlah kamu menyebrang lautan dengan membawa kelapa, aku selalu Jangkung kamu, oleh sebab itu saat ini namamu aku beri nama Jangkung… Demikan ucapan sang Sunan Kalijaga. Setelah berhari-hari bertapa di laut dan hanyut terbawa ombak akhirnya dia terdampar di Palembang!! Saat dilaut itulah Saridin merasakan betapa kecilnya manusia. Ia bisa mati sewaktu-waktu karena tidak bisa berenang. Kesombongannya selama ini luluh seketika. Betapa senangnya Saridin ia selamat. Ia berjanji akan menjadi orang baik dan bertaubat melakukan syiar. 


Orang-orang heboh melihat Saridin. Apalagi Saridin berkata ia datang dengan dua batok kelapa, sebagian menganggap Saridin orang gila. Tapi Saridin yang sudah berjanji tidak sombong tetap tenang saat Saridin sedang diolok-olok warga, muncul penguasa setempat bernama Raja Mina. Raja bertanya apa yang terjadi warga menjelaskan pada Raja tentang ucapan Saridin. Akhirnya Raja mengajak Saridin ke tanah lapang, Raja lalu minta pada Saridin agar menunjukkan kehebatannya. Raja minta Saridin agar menghitung jumlah prajuritnya yang ada dalam waktu singkat. Dengan cepat Saridin melesat dengan cepat ke atas, berlari dari ujung ke ujung tombak yang mengacung ke langit. Semua dihitung dengan cepat seperti kilat. Ia berada di hadapan Raja dengan menebak jumlah pasukan yang berbaris. Raja tertunduk, bergetar dan ciut nyalinya menghadapi kesaktian Saridin, seketika itu Raja takluk dihadapan Saridin, namun Saridin tidak menerima sembah bekti ia menyarankan untuk tunduk kepada Sultan Agung saja, sebab Saridin adalah salah satu hamba dari Mataram dengan demikian Raja tunduk dan takluk kepada Sultan Agung tanpa perlawanan sama sekali. Shoting sinemaketoprak kali ini dilokasi sani yang dimainkan oleh forum wartawan pati, hari ini senin tgl 9/10/16. (gus said)

0 komentar:

Posting Komentar